Mau ke Bali? Cobain Mampir ke Desa Trunyan yang Magis dan Eksotis Yuk!
Mau ke Bali? Cobain Mampir ke Desa Trunyan yang Magis dan Eksotis Yuk! – Hai pembaca Tanda Koma yang mau liburan ke Bali, siap-siap bikin list ya. Pasti banyak ya yang kangen liburan ke Bali. Secara Bali adalah kota yang sangat unik, magis dan eksotis.
Kami akan membawa kamu ke sebuah desa yang memiliki sebuah tradisi yang sangat berbeda seperti pada pemakamannya. Karena pemakaman di desa ini tak seperti pemakaman yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Bali yakni ngaben.
Sekiranya jika kamu akan mengunjungi Kintamani di Bali, akan sangat disayangkan jika kamu tidak mampir ke Desa Trunyan ini. Karena kamu tidak hanya disuguhkan dengan keunikan yang ada di desa ini namun juga akan disuguhkan dengan pemandangan yang gak kalah indah sepanjang perjalanan.
Sejarah Mepasah Desa Trunyan Bali
Seperti yang diceritakan oleh kak Fajrin Maya lewat akun twitternya yang beberapa minggu lalu sudah mengunjungi tempat tersebut. Kak Fajrin Maya menceritakan bahwa melihat jenazah yang tanpa dikubur di dalam tanah namun tidak menimbulkan bau di pemakaman menjadi salah satu kekaguman yang ia lihat.
Ia juga bercerita secara detail perjalanannya menuju ke lokasi Desa Trunyan. Meski tergerus oleh modernisasi dari tahun ke tahun, namun penduduk asli di sana masih terus mempertahankan tradisi dan budaya leluhurnya. Hal ini tentu saja menjadi salah satu hal yang patut dijaga dengan baik.
Di desa Trunyan Bali, jenazah tidak pernah melalui ritual di bakar seperti ngaben. Di sini, maya akan dibiarkan membusuk begitu saja di permukaan tanah yang dangkal dengan bentuk cekungan panjang di bawah udara yang terbuka.
Pemakaman tersebut kemudian sohor disebut dengan Mepasah yang sudah secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat desa Trunyan. Sebutan Mepasah sendiri dimaksudkan dengan ‘kubur angin’, sedangkan ngaben adalah ‘kubur api’.
Namun, potret dari antropologi seputar seluk beluk dari ritual upacara penguburan di Desa Trunyan terkadang dilukiskan dengan tidak utuh. Pasalnya, masyarakat di desa Trunyan Bali sebetulnya tidak hanya mengenal satu upacara penguburan saja, mereka juga mengenal ‘kubur tanah’ seperti lazimnya yang di lakukan oleh masyarakat di Indonesia namun dengan syarat dan kondisi tertentu.
3 Kategori Pemakaman Desa Trunyan
Di desa ini terdapat 3 kategori pemakaman, yakni Sema Wayah, Sema Nguda (Muda) dan Sema Bantas. Sema Nguda dikhususkan untuk orang anak-anak termasuk bayi dan orang dewasa yang belum menikah baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut diyakini bahwa mereka masih suci dan jenazah akan diletakkan di bawah pohon dekat tiang putih.
Seme Wayah untuk orang yang meninggal secara wajar, tanpa cacat atau penyakit dan sudah menikah. Jenazah biasanya akan disucikan dengan air suci, kemudian ditutup menggunakan kain putih namun pada bagian wajah terbuka. Mereka akan ditempatkan di bawah, di sekitar pohon Taru Menyan.
Sedangkan untuk Seme Bantas dikhususkan bagi mereka yang meninggal secara tidak wajar. Bisa dikarenakan kecelakaan, bunuh diri, dibunuh dan lainnya yang dirasa tidak wajar. Setiap pemakaman memiliki filosofi dan maknanya sendiri-sendiri.
Menurut kepercayaan adat desa, jenazah yang dimakamkan tidak boleh lebih dari sebelas mayat. Sehingga jika ada yang meninggal dan tempat sudah dibatas maksimal maka jenazah lama akan dikeluarkan dan diganti dengan jenazah baru.
Jenazah yang sudah menjadi tengkorak atau tulang belulang nantinya akan dikumpulkan serta disusun rapi di dekat akar pohon Taru Menyan. Dan barang-barangnya pun akan diletakan berserakan di dekat jenazah.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa, tradisi pemakaman di desa Trunyan memang sudah sejak turun temurun hingga kini menjadi salah satu tradisi yang masyarakat desa yakini dan rawat dengan baik. Hingga menjadikan desa Trunyan Bali ini sagat unik dan magis.
Lokasi, Harga Sewa Perahu, Pemandu dan Donasi di Desa Trunyan Bali
Desa Trunyan Bali terletak di tepi timur dari Danau Batur. Dan untuk menuju ke lokasi Desa Trunyan kamu diharuskan menggunakan perahu motor kecil menyusuri sebuah lereng Bukit Abang kurang lebih membutuhkan waktu 45 menit.
Di sepanjang perjalanan kamu akan melihat pemandangan yang sangat nisbi indahnya. Karena kamu akan melihat bentangan gunung gemunung penopang gunung Batur yang sangat asri dan elok. Selain itu akan tampak sebuah air danau yang membiru dan mempesona.
Sehingga akan sangat terasa perjalananmu penuh dengan keindahan namun sekaligus penuh dengan misteri tersendiri. Karena kamu bakalan mengunjungi desa tepencil di Bali dengan beragam keunikan yang tersimpan dan terawat dengan baik sebagai tradisi hingga kini.
Saat memasuki desa Trunyan Bali kamu akan disambut penduduk setempat untuk menanyakan tujuan kalian. Jika kamu menjawab ke desa Trunyan Bali maka beberapa dari mereka akan mengantarkan kalian hingga ke dermaga desa.
Jika biasanya ke Kintamani hanya menikmati kopi dan pemandangan gunung dan danau Batur dari atas, maka perjalanan di desa Trunyan ini kamu akan disuguhi dengan pemandangan versi bawah yang tak kalah indah.
Untuk uang sewa perahu, pemandu dan untuk donasi desa kak Fajrin bisa merogoh kocek Rp 750.000, include perahu pulang pergi. Meski harganya cukup relatif mahal namun bisa ditawar kok jika kamu mau menawarnya.
Namun karena kondisi pandemi seperti ini tentu saja dampak pada pariwisata di desa ini tentu saja menurun dan minim pengunjung kamu bisa menganggapnya sebagai sedikit bantuanmu membantu mereka ya! Jika kamu sudah pernah ke sana dan mau berbagi cerita, bisa tulis dikolom komentar ya. Happy holiday guys! Tetap patuhi protokol kesehatan dan selamat bersenang-senang.